Sejarah Pariwisata Indonesia Berawal dari Kebijakan Turis Kolonial

Sejarah Pariwisata Indonesia

Siapa sangka, ternyata sejarah pariwisata di Indonesia dimulai sejak masa kolonial. Kegiatan wisata pertama kali diadakan pada masa kolonial.

Saat itu pariwisata di Indonesia mulai menunjukan aktivitasnya sejak tahun 1910-1920. Pada tahun tersebut seiring dengan dikeluarkannya keputusan Gubernur Jenderal Belanda bernama VTV (Vereneiging Touristen Verker) dibukalah kegiatan berwisata ke Hindia Belanda (Indonesia-sekarang).

Pada awalnya kebijakan VTV ini dibentuk dari meningkatnya perdagangan antara dunia Eropa dengan negara-negara di Asia termasuk Indonesia.

Mereka menggunakan lautan Hindia menjadi jalur yang sering dilewati oleh orang-orang asing yang pergi dengan berbagai alasan yang berbeda-beda atau sesuai dengan keperluan masing-masing, misalnya perdagangan.

Akan tetapi seiring dengan berkembangnya zaman, banyak di antara orang-orang Eropa berkunjung ke Indonesia terlepas hanyak untuk melakukan transaksi perdagangan. Mereka ingin berwisata ke beberapa tempat yang ada di Indonesia.

Sejarah Pariwisata Indonesia: Masa Kolonial

Organisasi turis di Indonesia enerbitkan Guide Book untuk wisatawan asing yang berkunjung. Hal itu tercatat dalam buku Bungaran Antonius Simanjuntak, dkk berjudul “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia” (2017: 14).

Dalam buku tersebut disebutkan, pada tahun 1913 organisasi turis VTV (Vereneiging Touristen Verker) menerbitkan Guide Book  atau buku panduan wisata bagi turis yang berkunjung ke Indonesia.

Adapun di dalam Guide Book tersebut terdapat beberapa tempat yang direkomendasikan untuk menjadi tempat wisata. Seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Lombok, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Tanah Toraja di Sulawesi.

Sementara pada tahun 1923, surat kabar mingguan bernama Java Tourist Guide juga diterbitkan. Kolom-kolomnya pun diantaranya berisi berbagai panduan pelayanan akomodasi selama berwisata ke Indonesia yang disediakan oleh pemerintah kolonial saat itu.

Surat kabar tersebut bagian dari sejarah pariwisata Indonesia dengan menerbitkan artikel bertajuk Express Train Service (pelayanan kereta api), dan pelayanan hotel yang berjudul “Who-Where-When to Hotels”.

Tahun 1923, Pemerintah Kolonial Mulai Serius Memperhatikan Pariwisata

Seiring dengan diterbitkannya surat kabar pariwisata tahun 1923, pada tahun yang sama pula pemerintah kolonial mulai serius menanggapi permintaan orang Eropa berwisata ke Indonesia yang hampir meningkat tajam.

Untuk itu pemerintah kolonial berusaha memberikan pelayanan kepada para wisatawan asing yang sedang melakukan perjalanan wisata termasuk akomodasi transportasi.

Pemerintah pun akhirnya mendirikan travel agent di Batavia pada tahun 1926 bernama Linsone Linderman (Lis Lind) yang berpusat di negeri Belanda. Travel agen ini kemudian dikenal dengan nama Netherlands Indische Touristen Burean (NI Tours) di Indonesia.

Selain mendirikan agen wisata, ternyata pemerintah koloni juga menerbitkan majalah Tourism. Majalah ini pun jadi bagian dari sejarah pariwisata Indonesia. Terbitnya majalah ini bertujuan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia ke berbagai masyarakat luas di dunia, terutama Eropa.

Majalah Tourism ini mengangkat tema promosi wisata seperti, Come to Java, Bandung The Mountain City to Netherland India, Batavia Queen City of East, dan The Wayang Wong or Wayang Orang.

Pariwisata Indonesia pada Zaman Kolonial Terbatas dan Diskriminatif

Mengutip sumber yang sama, disebutkan bahwa pada masa penjajahan Belanda, kegiatan kepariwisataan di Indonesia hanya terbatas pada kalangan orang-orang kulit putih. Monopoli usaha di bidang pariwisata ini dipegang oleh NITour.

Walaupun kunjungan wisatawan pada masa itu sangat terbatas, di beberapa kota dan tempat di Indonesia telah berdiri hotel untuk memfasilitasi akomodasi bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah Hindia Belanda.

Sejarah pariwisata Indonesia juga mencatat pariwisata di Indonesia mengalami kemunduran sejak perang revolusi berkecamuk. Perang revolusi sangat berdampak tinggi bagi kemajuan pariwisata di Indonesia. Dapat dikatakan orang-orang tidak berkeinginan maupun bergairah untuk melakukan perjalanan.

Baca Juga: Sejarah Rambut Gondrong, Sempat Dilarang di Era Orde Baru

Obyek-obyek wisata terbengkalai, dan di berbagai sudut jalan rusak. Di samping itu, ada aksi penghancuran jembatan-jembatan untuk menghalangi musuh masuk ke suatu daerah.

Hal ini menyebabkan kehidupan perhotelan sangat menyedihkan karena banyak hotel yang diambil alih oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan markas, rumah sakit, dan asrama serta sebagai tempat perwira-perwira Jepang.

Sejarah mencatat setelah jatuhnya bom di Hirosima-Nagasaki, inflasi terjadi dimana-mana yang mengakibatkan keadaan ekonomi rakyat bertambah parah.

Sektor pariwisata semakin berkurang, akan tetapi meningkat tajam setelah selesai kecamuk revolusi, sekitar tahun 1950-an di tangan pemerintah Republik Indonesia. Begitulah sepenggal sejarah pariwisata di Indonesia pada masa kolonial. Semoga bermanfaat. (Erik/R7/HR-Online)

The post Sejarah Pariwisata Indonesia Berawal dari Kebijakan Turis Kolonial appeared first on Harapan Rakyat Online.



source https://www.harapanrakyat.com/2020/07/sejarah-pariwisata-indonesia/

Related Post

No comments:

Post a Comment

Cari Artikel