Kisah Bung Karno Saat Jadi Seniman Teater dan Penulis Naskah Drama

Kisah Bung karno

Ada yang pernah tahu, kalau Presiden Soekarno pernah menjadi seniman teater? Kisah Bung Karno ini tidak banyak yang mengetahuinya.

Bung Karno memang dikenal banyak orang sebagai pemikir dan negarawan sejati. Akan tetapi di sisi lain, ia juga dikenal sebagai presiden yang memiliki kemampuan daya seni yang tinggi.

Para pembaca sekalian mungkin sudah tahu, atau bahkan sering mendengar kalau Bung Karno gemar dan pandai melukis bukan?

Akan tetapi hanya sedikit para pembaca tahu kalau Bung Karno piawai juga bermain teater. Bung Karno tercatat beberapa kali menjadi sutradara dan punya komunitas perkumpulan sandiwara (teater), penasaran kan? Berikuti catatan sejarah Bung Karno menjadi seniman teater.

Baca Juga: Kisah Cinta Soekarno dengan Ratna Sari Dewi yang Penuh Romantis

Kisah Bung Karno Bermain Tonil

Masih lekat di dalam ingatan Bung Karno, pentas Tonil (teater) yang sering diadakannya dengan teman sekolahnya kala remaja. Pada zaman itu belum banyak perempuan yang bersekolah, dan jika mengadakan pertunjukan teater mesti kekurangan pemain perempuan.

Suatu ketika Bung Karno sering terpilih memerankan perempuan untuk gantinya dalam setiap pentas teater di dalam komunitas sandiwara.

Hal ini ditanggapi oleh penulis senior kala itu yang sering menulis biografi Bung Karno. “Peran wanita begitu cocok untuknya, wajahnya yang tampan menimbulkan kesan ayu seperti perempuan,” tutur Walentina Waluyanti dalam buku “Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen” (2013:14).

Baca Juga: Kisah Chairil Anwar, Penyair Legendaris yang Meninggal di Usia Muda

Dari serangkaian pertunjukan di panggung tonil itu, Bung Karno termotivasi oleh komentar-komentar positif. Ia kerap mendapatkan pujian bahwa ia punya bakat untuk tampil di depan umum.

Dari situlah tumbuh rasa percaya dirinya untuk meyakinkan massa melalui pidatonya yang selalu tampil menggebu-gebu di atas podium.

Kisah Bung Karno memang tidak melulu soal dirinya seorang pemikir dan negarawan. Ia juga dikenal sebagai seniman. Barangkali kita sudah banyak mendengar bakat lukis Bung Karno. Kesenimanan Sukarno yang lain juga tampak dalam bidang teater.

Ia beberapa kali menjadi sutradara drama dan punya perkumpulan sandiwara. Selain itu, menurut Walentina, Bung Karno sering menulis naskah drama ketika ia sedang berada dalam pengasingan di Pulau Bunga, Ende Flores.

Kumpulan Naskah Drama Karya Bung Karno Selama di Ende

Sejarah mencatat bahwa naskah sebagai peninggalan produk masa lampau sering kali mengandung berbagai informasi tentang aspek kehidupan masyarakat di masa lampau baik aspek politik, ekonomi maupun sosial budaya.

Demikian juga dengan naskah sandiwara karya Bung Karno, ungkap Agus Setiyanto, dalam jurnal sejarah berjudul “Panggung Sandiwara Bung Karno: Semasa Pengasingannya di Bengkulu (1938-1942)” (2006:2).

Kumpulan naskah Bung Karno ini berbentuk dialog, dan kadang-kadang pada bagian-bagian tertentu sering muncul monolog.

Kisah Bung Karno sebagai pemain teater ini juga menyebutkan jumlah naskah yang pernah ditulisnya semasa pengasingannya di Ende (1934-1938), yakni tercatat sebanyak 12 judul.

Keduabelas judul tersebut, hanya delapan judul naskah yang masih dapat diketahui, antara lain: Don Louis Pereira, Koetkoetbi, Toberro, Dr. Sjaitan, Ero Dinamik, Rahasia Kelimoetoe, Tahoen 1945, dan Kummi.

Kemudian semasa pengasingan Bung Karno di Bengkulu, ia pernah menulis beberapa naskah berjudul, Rainbow (Poetri Kentjana Boelan), Hantoe Goenoeng Boengkoek, Si Ketjil (Klein’duimpje), dan Chungking Djakarta.

Pesan Moral dalam Naskah Drama Bung Karno

Menurut Agus Setiyanto, apa yang ditulis oleh Bung Karno adalah buah pikirnya yang dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya, serta semangat jiwa pada zamannya.

Kisah Bung Karno dikenal juga saat hidup dalam suasana zaman pergerakan melawan kolonialis. Bung Karno merupakan bagian sentral dalam pergerakan kaum nasionalis yang saat itu sedang mengobarkan api semangat nasionalismenya.

Baca Juga: Presiden Soekarno Wafat, Hari-hari Terakhir Sang Proklamator yang Tragis

Adapun buah tulisannya sangat sarat dengan amanat, pesan moral perjuangan yang disampaikan kepada masyarakat bangsa Indonesia di tengah pergolakan hidup dari alam penjajah menuju alam kemerdekaan.

Pesan moral tentang arti pentingnya sebuah kesadaran sosial, berbudaya, politik, jati diri, solidaritas gotong royong, hampir semua tercakup di dalam isi kandungan kumpulan naskahnya.

Nilai-nilai moral nampak menonjol pada beberapa naskah karya Bung Karno, terlebih pada naskah Chungking Djakarta. Pesan amanat Bung Karno sebagai seorang nasionalis, patriotis yang tulen cukup jelas pada isi kandungan naskah Chungking Djakarta.

Dalam naskah ini Bung Karno mengingatkan bahwa setiap langkah perjuangan tentu banyak rintangannya.

Rintangan terberat yang sering menghadangnya adalah sebuah penghianatan dan perjuangan dalam teman seperjuangan. Lebih tegasnya lagi ‘musuh dalam selimut’. Namun pada akhirnya kebenaran selalu membuahkan keberhasilan.

Begitulah sepenggal kisah Bung Karno sebagai pemain seniman teater yang perlu dipublikasikan sebagai pengetahuan baru para pembaca dalam memahami teladan tokoh bangsa Soekarno. Semoga bermanfaat. (Erik/R7/HR-Online)

The post Kisah Bung Karno Saat Jadi Seniman Teater dan Penulis Naskah Drama appeared first on Harapan Rakyat Online.



source https://www.harapanrakyat.com/2020/07/kisah-bung-karno-saat-menjadi-seniman-teater/

Related Post

No comments:

Post a Comment

Cari Artikel